Bisnis merupakan dunia yang sangat kompetitif dan penuh tipu daya. Kesalahan-kesalahan dalam berbisnis di dunia, dosanya bisa terbawa hingga akhirat. Di sisi lain, banyak dari sahabat nabi adalah pebisnis. Bahkan, dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga (yang disebut dalam sebuah hadits1), tujuh di antara mereka adalah pengusaha sukses:
- Abu Bakar Ash-Shiddiq
- Umar bin Al-Khaththab
- Utsman bin ‘Affan
- ‘Ali bin Abi Thalib
- Thalhah bin ‘Ubaidillah
- Az-Zubair bin Al-‘Awwam
- ‘Abdurrahman bin ‘Auf
Lantas bagaimana seorang muslim bisa berhasil sukses menjalani bisnis di dunia, tetapi juga berhasil selamat di akhirat?
Berikut ini adalah beberapa Kode Etik Pengusaha Muslim yang akan menjelaskan bagaimana seharusnya adab dan akhlak kita sebagai seorang muslim menjalani bisnis.
#1 Menerapkan Tauhid dalam berbisnis
Seorang pengusaha muslim sejati tidaklah menganggap usahanya sebagai sumber rezekinya. Sebesar apapun bisnisnya, seahli apapun dia dalam berbisnis, ia meyakini bahwa semua rezeki yang ia peroleh adalah dari Allah Azza wa Jalla semata. Dengan demikian, inilah kunci menginternalisasikan tauhid rububiyyah dalam bisnisnya.
Tentu kita mengingat bagaimana perkataan Qarun yang Allah Subhanahu wa Ta’ala abadikan dalam Al-Qur’an, sehingga para pebisnis setelahnya mengambil pelajaran (3).
قَالَ اِنَّمَاۤ اُوۡتِيۡتُهٗ عَلٰى عِلۡمٍ عِنۡدِىۡؕ اَوَلَمۡ يَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰهَ قَدۡ اَهۡلَكَ مِنۡ قَبۡلِهٖ مِنَ الۡقُرُوۡنِ مَنۡ هُوَ اَشَدُّ مِنۡهُ قُوَّةً وَّاَكۡثَرُ جَمۡعًاؕ وَلَا يُسۡــَٔلُ عَنۡ ذُنُوۡبِهِمُ الۡمُجۡرِمُوۡنَ ٧٨
“Qarun berkata: ‘Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.’.” Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka. (QS. Al-Qasas 28:78)
Sehingga akibat kekufurannya, Allah benamkan dia beserta hartanya ke dalam bumi.
#2 Menjalankan Bisnis dengan Syariat Allah
Kemudian, jika kita sebagai pengusaha muslim telah mengimani bahwa Allah adalah satu-satunya pemberi rezeki, maka tidak mungkin kita mengatakan rezeki menjadi sulit jika menaati Allah.
Kenyataannya, banyak pengusaha yang mengaku muslim dan beriman kepada Allah, tetapi dalam hal bisnis mereka mengatakan sulit dan tidak mungkin berbisnis tanpa melanggar aturan Allah. Sehingga mereka mengaku Islam, tetapi bisnisnya riba. Mengerjakan shalat, tetapi bisnisnya melanggar syariat.
Lisan mereka mengatakan Allah yang memberi rezeki, tapi dalam hatinya meyakini bahwa bisnisnya akan sulit maju jika mengikuti aturan Allah.
Misalnya, Allah mengharamkan riba, tapi mereka yakin kalau bisnis mereka tidak mungkin tanpa memakai bank riba.
Padahal, sebaliknya. Solusi-solusi bisnis dan pintu rezeki yang sejati adalah berada di atas jalan takwa (4). Allah Ta’ala berfirman:
{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ }
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3).
#3 Memiliki Ilmu sebelum Berbisnis
Apa perbedaan mendasar antara seorang muslim dengan kaum lainnya (Yahudi dan Nasrani)? Jika kita merujuk pada Surah Al Fatihah, maka kita tahu bahwa seorang muslim senantiasa meminta ilmu, karena ilmu yang menjadi pegangan sebelum apapun (5).
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (5) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ (6) غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)
“Berilah kami petunjuk ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat. Bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan jalan orang-orang yang sesat.”
(QS. Al-Fatihah: 5 – 7)
Kemudian, dalam ayat lainnya, Allah perintahkan kepada kita untuk mencari ilmu jika kita tidak mengetahuinya.
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Bertanyalah kepada ahli ilmu, jika kalian tidak mengetahuinya” (QS. Al-Anbiya: 7)
Bahkan, salah satu kutipan yang paling populer di kalangan ulama dan penuntut ilmu, yakni perkataan Imam Bukhari dalam sebuah bab dalam kitab shahihnya:
بَابٌ العِلمُ قَبلَ القَولِ وَالعَمَلِ
“Bab: Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan”
(Shahih al-Bukhari, kitab: al-Ilmu, bab al ilmu qabla al-qoul wa al amal)
Ilmu di sini, tentu mencakup ilmu syar’i dan profesionalisme dalam berbisnis. Tanpa ilmu yang lengkap, risiko yang akan dihadapi seorang pengusaha tanpa ilmu tentu bukan sekadar kerugian usaha (loss), tetapi juga rugi harta menjadi haram karena salah transaksi, rugi berbuat zalim karena melanggar aturan.
#4 Khawatir Membawa Masalah Bisnis ke Akhirat
Lebih dari 8 jam per hari dihabiskan setiap muslim untuk urusan bisnisnya, dengan kata lain, setidaknya 1 per 3 dari waktu yang dimiliki di dunia dihabiskan untuk bisnis. Dengan waktu yang sebanyak itu, maka jangan sampai urusan-urusan yang menyibukkan di dunia, kita bawa ke akhirat.
Setidaknya ada dua perkara harus dihindari seorang muslim, agar tidak membawa urusan bisnisnya ke akhirat:
1. Merugikan dan Menzalimi Orang Lain
Berbisnis itu jika tidak berhati-hati akan rentan merugikan dan zalim kepada orang lain. Berbuat zalim kepada orang lain risikonya bukan hanya bangkrut di dunia, tetapi juga di akhirat (6).
إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata, “Orang yang bangkrut dari umatku ialah, orang yang datang pada hari kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia suka mencaci maki dan (salah) menuduh orang lain, makan harta orang lain, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang yang terdzalimi itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikan pelaku dzalim. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim).
2. Banyak Berutang untuk Bisnis
Begitu banyak pengusaha, yang kaya sekalipun, menjeratkan dirinya dalam utang. Bukan karena usahanya sulit dan kurang, bahkan pada perusahaan-perusahaan besar pun, banyak berutang menjadi kebiasaan dan senang berutang terus menerus dan memperpanjang utangnya. Padahal, utang merupakan perkara yang berat dan bisa terbawa hingga akhirat (7)
مَنْ فَارَقَ الرُّوحُ الْجَسَدَ وَهُوَ بَرِىءٌ مِنْ ثَلاَثٍ دَخَلَ الْجَنَّةَ مِنَ الْكِبْرِ وَالْغُلُولِ وَالدَّيْنِ
“Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] hutang, maka dia akan masuk surga.” (HR. Ibnu Majah no. 2412. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih). Ibnu Majah membawakan hadits ini pada Bab “Peringatan keras mengenai hutang.”
Padahal, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kita untuk terus berdoa menjauhi utang (8).
اَللّهُمَّ إِنِّـيْ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْـمَسِيحِ الدَّجَّالِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْـمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْـمَمَـاتِ ، اَللّٰهُمَّ إِنِّـيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْـمَأْثَمِ وَالْـمَغْرَمِ
“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur, aku berlindung kepadamu dari fitnah al-Masih Ad-Dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah hidup dan fitnah mati. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan utang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
#5 Jujur dan Tidak Menipu
Pebisnis muslim hendaknya memegang teguh kejujuran dan menghindari penipuan.
Dari sahabat Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا – أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا – فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu” (Muttafaqun ‘alaih) (9).
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim).
#6 Memenuhi Akad dan Perjanjian
Berbisnis tentu berarti berhubungan dan berakad dengan begitu banyak pihak. Pengusaha pasti akan berakad dengan pelanggan, dengan investor, dengan karyawan, dengan pemasok, dan lain-lain. Melihat fakta tersebut, ingatlah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَوْفُوا۟ بِٱلْعُقُودِ ۚ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. (QS. Al-Maidah:1)
Syaikh As Sa’diy berkata, “Ini merupakan merupakan perintah Allah kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin untuk mengerjakan konsekwensi daripada iman, yaitu memenuhi janji, yakni menyempurnakannya, melengkapinya, tidak membatalkan dan tidak mengurangi. (10)
#7 Menjauhi Segala Pintu Riba
Allah subhanahu wata’ala menghilangkan keberkahan harta dari hasil riba dan pelakunya dicap melakukan tindakan kekufuran (11), sebagaimana firman-Nya,
يَمْحَقُ اللّٰهُ الرِّبٰوا وَيُرْبِى الصَّدَقٰتِ ۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ اَثِيْمٍ
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa”. (Al-Baqarah 2:276)
Dalam hadits yang lain Nabi shallahu ‘alahi wasallam mengancam pelaku riba dengan lebih tegas, beliau bersabda,
الرِّبَا سَبْعُونَ حُوبًا أَيْسَرُهَا أَنْ يَنْكِحَ الرَّجُلُ أُمَّهُ
“Dosa riba memiliki 72 pintu, dan yang paling ringan adalah seperti seseorang berzina dengan ibu kandungnya sendiri.” (Shahih, Silsilah Shahihah no.1871)
Bagaimana bisa kita berharap bisnis kita berkembang, sedangkan sejak awal sudah Allah janjikan bahwa semua riba Allah akan musnahkan.
#8 Menjauhi Sifat Tamak
Salah satu akhlak seorang pengusaha muslim adalah menjaga hatinya dari sifat tamak terhadap harta dunia .
عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ
Dari Ka’ab bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.” (12)
Bahkan hal ini sangat selaras dengan prinsip bisnis secara umum, bahwa biasanya yang menghancurkan bisnis seseorang adalah keserakahan.
#9 Menjalani Bisnis secara Profesional
Seorang pengusaha muslim dalam menjalankan usahanya harus memegang teguh aturan-aturan profesionalisme. Sebagaimana yang disampaikan dalam hadits Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam:
إن الله يحب إذا عمل أحدكم عملا أن يتقنه
“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melaksanakan suatu pekerjaan, maka pekerjaaan tersebut dilakukannya dengan itqan.” (HR Thabrani, dishahihkan Al-Albani). (13)
Sedangkan itqan berarti kesungguhan, maksimal, dan tuntas dalam menjalankan suatu pekerjaan. Seorang pengusaha muslim yang menerima amanah dan tanggungjawab kepada pelanggannya, seharusnya tidak mengerjakannya secara asal-asalan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَخُوۡنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوۡلَ وَتَخُوۡنُوۡۤا اَمٰنٰتِكُمۡ وَاَنۡـتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ ٢٧
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS. Al-Anfaal 27)
#10 Bersyukur dan Bersabar dalam menjalani Bisnis
Konsekuensi dari berbisnis adalah adanya ketidakpastian, keuntungan dan kerugian, kemudahan dan kesulitan, yang semuanya silih berganti. Seorang pengusaha muslim dalam menghadapi dinamika bisnisnya akan senantiasa pada dua sikap, yaitu bersyukur dan bersabar.
Dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
عجبًا لأمرِ المؤمنِ . إن أمرَه كلَّه خيرٌ . وليس ذاك لأحدٍ إلا للمؤمنِ . إن أصابته سراءُ شكرَ . فكان خيرًا له . وإن أصابته ضراءُ صبر . فكان خيرًا له
“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya”
Apabila syukur itu kebaikan dan sabar juga kebaikan, maka kegagalan sesungguhnya oleh pengusaha muslim bukanlah saat ia rugi, tetapi saat ia gagal sabar dalam kerugian, dan gagal bersyukur dalam keuntungan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ التُّجَّارَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فُجَّارًا إِلاَّ مَنِ اتَّقَى اللَّهَ وَبَرَّ وَصَدَقَ
“Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada Allah, berbuat baik dan berlaku jujur.”
Baarakallahu fiikum
Referensi
- Rumaysho: 10 Orang yang Dijamin Masuk Surga
Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَبُو بَكْرٍ فِى الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِى الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِى الْجَنَّةِ وَعَلِىٌّ فِى الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِى الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِى الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِى الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِى الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِى الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِى الْجَنَّةِ
“Abu Bakar di surga, ‘Umar di surga, ‘Utsman di surga, ‘Ali di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, ‘Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’ad (bin Abi Waqqash) di surga, Sa’id (bin Zaid) di surga, Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah di surga.” (HR. Tirmidzi, no. 3747 dan Ahmad, 1:193. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
https://rumaysho.com/26818-syarhus-sunnah-10-orang-yang-dijamin-masuk-surga.html
↩︎
(2)
Inaayatullah Hasyim, Republika: Para Pengusaha Sejati
https://khazanah.republika.co.id/berita/pnp3a0313/para-pengusaha-sejati
(3) PengusahaMuslim.com: Kisah Qarun, Cerminan si Kaya yang Durhaka
https://pengusahamuslim.com/4149-qarun-cerminan-si-kaya-dan-durhaka.html
(4) Almanhaj: Taqwa
https://almanhaj.or.id/990-t-a-q-w-a.html
(5) Muslim.or.id: Ilmu Dulu Baru Amal
https://muslim.or.id/5312-ilmu-dulu-baru-amal.html
(6) Al Irsyad: Hati-hati Amalan Kita Dapat Terhapus dengan Mudahnya
https://pesantrenalirsyad.org/hati-hati-amalan-kita-dapat-terhapus-dengan-mudahnya/
(7) Rumaysho: Bahaya Orang yang Enggan Melunasi Hutangnya
Sumber https://rumaysho.com/187-bahaya-orang-yang-enggan-melunasi-hutangnya.html
(8) Muslim.or.id: Kebiasaan Berutang Membuat Tidak Senang dan Terhina
https://muslim.or.id/44580-kebiasaan-berutang-membuat-tidak-tenang-dan-terhina.html
(9) Rumaysho: Berkah dari Kejujuran dalam Bisnis
https://rumaysho.com/2699-berkah-dari-kejujuran-dalam-bisnis.html
(10) Tafsir Web: Surah Al Maidah ayat 1
https://tafsirweb.com/1885-surat-al-maidah-ayat-1.html
(11) Almanhaj: Dosa dan Bahaya Riba
https://almanhaj.or.id/8702-dosa-dan-bahaya-riba.html
(12) Almanhaj: Manusia Sangat Tamak dan Rakus terhadap harta dan Jabatan
https://almanhaj.or.id/13400-manusia-sangat-tamak-dan-rakus-terhadap-harta-dan-jabatan-2.html
(13) Islamweb: رتبة حديث “إن الله يحب إذا عمل أحدكم عملا أن يتقنه”
https://www.islamweb.net/ar/fatwa/53739/%D8%B1%D8%AA%D8%A8%D8%A9-%D8%AD%D8%AF%D9%8A%D8%AB-%D8%A5%D9%86-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-%D9%8A%D8%AD%D8%A8-%D8%A5%D8%B0%D8%A7-%D8%B9%D9%85%D9%84-%D8%A3%D8%AD%D8%AF%D9%83%D9%85-%D8%B9%D9%85%D9%84%D8%A7-%D8%A3%D9%86-%D9%8A%D8%AA%D9%82%D9%86%D9%87#:~:text=%D9%81%D8%A5%D9%86%20%D9%86%D8%B5%20%D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%AF%D9%8A%D8%AB%20%D9%87%D9%88%3A%20%D8%A5%D9%86,%D8%B9%D9%86%20%D8%B9%D8%A7%D8%A6%D8%B4%D8%A9%20%D8%B1%D8%B6%D9%8A%20%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87%20%D8%B9%D9%86%D9%87%D8%A7.
(14) Muslim.or.id: Bersyukur Ketika Senang dan Bersabar Ketika Mendapat Bencana
https://muslim.or.id/20127-bersyukur-ketika-senang-dan-bersabar-ketika-mendapat-bencana.html