Cash Out adalah situasi di mana perusahaan terus menerus mengalami defisit kas sehingga sering mengalami kesulitan keuangan untuk membayar biaya operasional maupun melunasi utang. Oleh karena itu, bisa dipahami bahwa Cash Out berbeda dengan Rugi.
- Bahaya Cash Out
- Cara Mengatasi Cash Out
- 1. Pelajari Struktur Biaya Perusahaan Sejenis sebagai Patokan
- 2. Buat Perencanaan Anggaran
- 3. Pastikan Sistem Akuntansi & Kontrol Keuangan Berjalan dengan Baik
- 3. Analisa Laporan Keuangan secara Rutin
- 4. Mengatur Timing Stok (Persediaan), Pembayaran Supplier, dan Penagihan Customer
- 5. Perbaikan Menyeluruh untuk Kesehatan Keuangan
Misal, Bisnis Anda tidak ada masalah dari sisi penjualan. Penjualan terus meningkat, bahkan pertumbuhannya berkali-kali lipat dalam waktu singkat. Dari sisi keuntungan, gross margin (selisih harga modal dan harga jual) juga masih lumayan. Biaya operasional pun sudah dilakukan penghematan. Namun, untuk belanja lagi, untuk produksi lagi, untuk memenuhi PO, untuk perpanjang sewa lagi, untuk gajian lagi, uangnya tidak cukup dan harus tambah modal lagi. Ini yang dinamakan cash out.
Cash Out dapat dikatakan penyakit yang sering menyebabkan bisnis bangkrut. Wajar apabila banyak yang bilang, cash is king.
Bahaya Cash Out
Berhentinya bisnis dari beroperasi karena kekurangan uang adalah mimpi buruk. Namun, dampak dari bangkrutnya usaha adalah hanya ke pribadi owner. Sedangkan, ada banyak masalah lain yang muncul karena cash out:
- Perusahaan zalim kepada customer karena gagal memberikan produk yang sudah diakadkan (PO). Seperti perusahaan properti yang mangkrak di tengah jalan, akibat kehabisan dana.
- Perusahaan zalim kepada karyawan karena pengelolaan keuangan yang buruk menjadikan gaji sering telat dibayar, bahkan dipotong secara sepihak.
- Perusahaan dituntut ke jalur hukum akibat wanprestasi dalam pemenuhan kewajiban-kewajiban lainnya oleh pemangku kepentingan (stakeholders).
Cara Mengatasi Cash Out
Begitu banyak pengusaha yang ketika cash out, mereka hanya berpikir bagaimana cara menambah modal lagi. Padahal, cash out hanyalah ‘gejala’ dari masalah manajemen keuangan yang lebih besar. Tambahan Modal bisa meringankan gejalanya sesaat, tapi tidak serta merta menyembuhkan bisnis yang cash out.
Lalu, bagaimana cara memperbaiki perusahaan agar aman dari cash out?
1. Pelajari Struktur Biaya Perusahaan Sejenis sebagai Patokan
Untuk menilai apakah perusahaan kita telah efisien atau belum, apakah tingkat biayanya wajar atau tidak adalah dengan membandingkannya dengan perusahaan lain.
Salah satu perusahaan yang didampingi oleh Syariah Wealth Management, pernah awalnya mengalami cash out dan ternyata hal ini karena tidak memiliki patokan kewajaran struktur biaya. Misalnya, untuk usaha developer, umumnya developer memiliki biaya operasional hanya 8%. Jika biaya operasional kita jauh melampaui angka itu, misalnya 20%, bisa jadi perusahaan kita boncos karena banyak pemborosan.
2. Buat Perencanaan Anggaran
Dari struktur biaya di perusahaan sejenis dan riwayat pengeluaran perusahaan kita, buat anggaran yang realistis dan ketat. Anggaran ini minimal dilakukan dengan cara membuat daftar estimasi pengeluaran untuk 6 bulan – 1 tahun, beserta proyeksi pendapatan/kas yang diperkirakan untuk memenuhi pengeluaran tersebut.
Selain untuk mengontrol pengeluaran dan meminimalisir pengeluaran yang tidak perlu, kita juga bisa mengontrol kewajaran pengeluaran, serta mengantisipasi kekurangan dana yang mungkin terjadi di bulan-bulan berikutnya.
Kami pernah mendapati perusahaan yang bisnisnya melesat, dagangannya laku, tetapi kehabisan uang karena gagal merencanakan anggaran.
3. Pastikan Sistem Akuntansi & Kontrol Keuangan Berjalan dengan Baik
Bagi usaha kecil dan menengah, akuntansi mungkin terlihat sebagai sistem yang rumit dan merepotkan. Namun, dibalik itu semua, kita tidak mungkin bisa mengatasi masalah-masalah keuangan tanpa disiplin dengan sistem akuntansi di perusahaan kita.
Kenyataannya, banyak pengusaha yang tidak disiplin menjalankan akuntansi dan kontrol keuangan karena merasa semua itu membatasi dirinya dari uang (perusahaan) miliknya. Padahal pemborosan oleh owner pun tidak jarang menjadi penyebab bisnis menjadi cash out.
3. Analisa Laporan Keuangan secara Rutin
Setelah sistem akuntansi berjalan dengan baik, laporan keuangan pun siap sedia untuk memberi tahu kita kondisi kesehatan perusahaan. Informasi minimal yang bisa kita ambil yakni:
- Posisi aset, utang, dan modal
- Keamanan likuiditas perusahaan
- Tingkat efisiensi biaya dan profitabilitas
- Arus Kas, Keseimbangan masuk dan keluarnya kas dari setiap pos operasional, pembiayaan, dan investasi
4. Mengatur Timing Stok (Persediaan), Pembayaran Supplier, dan Penagihan Customer
Seringkali owner dihadapi pilihan tentang pembayaran, dan sayangnya gagal dalam memilih sehingga perusahaan menjadi cash out.
- Pembelian dalam jumlah besar sekaligus, harga per unit lebih hemat. Akhirnya dibeli sekaligus banyak, tanpa mempertimbangkan turnover.
- Pembayaran customer dibolehkan tempo panjang supaya lebih banyak pembelian dan harga lebih menguntungkan, tetapi mengorbankan ketersediaan kas untuk operasional.
- Akhirnya, pembayaran supplier dimundur-mundurkan supaya merasa punya uang, hingga akhirnya perusahaan kehabisan uang pada saat jatuh tempo.
5. Perbaikan Menyeluruh untuk Kesehatan Keuangan
Tidak semua owner bisnis memiliki keahlian mendalam dan detail tentang keuangan. Hal ini pun wajar, mengingat karakter seorang pebisnis biasanya berpikir besar dan jauh tentang bisnisnya, bagaimana membuat produk baru yang laku, bagaimana produk ini masuk ke segmen pasar baru, dan seterusnya. Tentu akan merasa kerepotan dan seolah menjadi lambat jika harus melihat detil-detil akuntansi dan keuangan dan teknik-teknik penyehatan keuangan perusahaan secara menyeluruh.
Maka dari itu, banyak pengusaha yang mengandalkan Syariah Wealth Management untuk bisa didampingi agar perusahaannya disehatkan kembali sisi keuangannya. Melalui program Perbaikan dan Restrukturisasi Finansial Bisnis, SWM dapat mendampingi Anda memperbaiki kesehatan perusahaan secara menyeluruh.